Di balik megahnya Masjidil Haram dan semaraknya jalanan Makkah yang dipenuhi jutaan langkah jamaah dari seluruh dunia, ada satu masjid kecil yang tak banyak disebut-sebut. Namanya Masjid Jin. Bangunannya sederhana, ukurannya tak sebesar masjid-masjid ternama lainnya. Tapi siapa sangka, di balik dinding masjid inilah pernah terjadi sebuah peristiwa luar biasa yang tak hanya menyentuh sejarah umat manusia… tapi juga menyentuh alam lain yang tak terlihat oleh mata.
Masjid Jin bukan masjid biasa. Ia menyimpan kisah tentang keimanan, tentang ketundukan, dan tentang makhluk Allah yang tak kasatmata—para jin—yang tersentuh oleh ayat-ayat Al-Qur’an, hingga akhirnya berikrar masuk Islam di hadapan Nabi Muhammad ﷺ.
...
Peristiwa di Malam Sunyi yang Mengubah Banyak Hal
Kisah Masjid Jin bermula di salah satu malam sunyi, saat Rasulullah ﷺ tengah membaca ayat-ayat Al-Qur’an dengan suara lembut dan penuh penghayatan. Saat itu, beliau tidak sedang berbicara pada manusia, tidak sedang berceramah di hadapan para sahabat. Tapi di waktu yang hanya Allah yang tahu, sekumpulan jin dari berbagai golongan sedang melewati Makkah dan mendengar bacaan itu dari kejauhan.
Tak seperti manusia yang kadang butuh ratusan dalil dan bukti untuk meyakini kebenaran, para jin itu langsung tersentuh. Hati mereka terguncang, telinga mereka terbuka, dan ruh mereka diselimuti cahaya dari langit. Dalam Surah Al-Ahqaf ayat 29-30, Allah menceritakan dengan indah:
"Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al-Qur'an, maka ketika mereka menghadirinya, mereka berkata: 'Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)'. Maka ketika pembacaan telah selesai, mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka berkata: 'Wahai kaum kami, sungguh kami telah mendengar kitab (Al-Qur’an) yang diturunkan setelah Musa, membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya, lagi menunjuki kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus.'"
(QS. Al-Ahqaf: 29–30)
Peristiwa ini menggambarkan bagaimana kalimat-kalimat Allah mampu menembus batas dunia, menyentuh hati makhluk dari alam berbeda, dan membimbing mereka menuju kebenaran.
...
Masjid Jin: Lokasi, Bentuk, dan Nilai Spiritual
Masjid Jin berada di kawasan Al-Hujun, Makkah, tidak jauh dari Pemakaman Ma’la, sekitar 1,5–2 km dari Masjidil Haram. Letaknya yang tidak mencolok sering membuat banyak jamaah terlewat. Tapi bagi yang tahu kisahnya, berdiri di depan Masjid Jin adalah pengalaman yang menggugah hati.Bangunannya telah direnovasi dan kini tampak rapi, meski tetap tidak semewah masjid lainnya.
Namun, kemuliaan sebuah tempat tidak diukur dari fisiknya, melainkan dari peristiwa yang pernah terjadi di atasnya. Di sinilah, para jin bertemu Rasulullah ﷺ, dan di sinilah mereka berikrar untuk beriman.Tempat ini disebut juga dengan Masjid Al-Bai’ah, karena selain menjadi tempat jin masuk Islam, di lokasi ini pula mereka mengikat janji setia kepada Rasulullah ﷺ untuk tetap taat pada ajaran Islam dan tidak lagi menyakiti manusia.
...
Sebuah Cermin untuk Kita: Jika Jin Bisa Tersentuh, Mengapa Kita Tidak?
Salah satu pelajaran paling menyentuh dari Masjid Jin bukan sekadar peristiwa spiritualnya, tapi refleksi ke dalam diri kita. Bayangkan, para jin—makhluk yang tak memiliki jasad seperti kita—bisa dengan tulus menerima kebenaran Islam hanya karena mendengar ayat-ayat Al-Qur’an. Sementara kita, yang tiap hari bisa membaca, mendengar ceramah, bahkan ikut pengajian, kadang masih saja menunda-nunda taat.
Masjid Jin seolah berbisik ke hati kita:“Apakah kamu benar-benar mendengar? Ataukah telingamu hanya mendengar, tapi hatimu tertutup?”Ia juga mengajarkan bahwa hidayah bisa datang kepada siapa saja, kapan saja, tanpa pandang alam, bentuk, atau asal. Yang membedakan hanyalah apakah hati kita siap menerimanya.
...
Sebuah Langkah Kecil di Makkah, Tapi Menggetarkan Jiwa
Jika kelak kamu diberi rezeki untuk berkunjung ke Makkah, luangkan sedikit waktu untuk singgah ke Masjid Jin. Tak perlu lama. Cukup berdiri di depannya, resapi suasananya, dan hayati kisah yang terjadi di sana. Mungkin kamu tidak akan mendengar bacaan jin seperti di masa Nabi. Tapi kamu bisa berbicara pada dirimu sendiri—sejujur-jujurnya—tentang keimananmu hari ini.
Berdoalah:"Ya Allah, sebagaimana Engkau bukakan hati para jin untuk menerima kebenaran, bukalah juga hatiku untuk taat sepenuhnya kepada-Mu. Jadikan aku pendengar yang peka, hamba yang berserah, dan makhluk yang tunduk pada cahaya petunjuk-Mu."